Mahasiswa Unibraw Teliti Serai dan Cengkeh Mengatasi Scabies – Scabies, penyakit menular yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei , merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan. Gejala-gejalanya yang gatal dan menjalar seringkali menyebabkan ketidaknyamanan dan gangguan tidur yang hebat bagi penderita. Penggunaan obat-obatan kimiawi untuk pengobatan kudis telah banyak dilakukan, namun kekhawatiran terhadap efek samping dan resistensi tungau semakin meningkat. Penelitian terbaru dari mahasiswa Universitas Brawijaya (Unibraw) menawarkan pengobatan alternatif yang menarik, yaitu memanfaatkan potensi serai dan cengkeh untuk mengendalikan scabies. Penelitian ini bertujuan untuk mengaktifkan efikasi ekstrak serai dan cengkeh dalam mengatasi infestasi tungau  Sarcoptes scabiei  dan mengungkap mekanisme kerja mereka. Hasil penelitian ini berpotensi menjadi solusi pengobatan scabies yang lebih aman dan efektif.

1. Ekstrak Serai dan Cengkeh: Sumber Alam dengan Potensi Anti Parasit

Serai (Cymbopogon citratus) dan cengkeh (Syzygium aromatikum) adalah tanaman aromatik yang telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional. Tanaman kedua ini kaya akan senyawa bioaktif seperti citral, geraniol, eugenol, dan asam kaempferol yang memiliki aktivitas anti-parasit. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa ekstrak serai dan cengkeh efektif mengendalikan berbagai infestasi parasit, termasuk kutu, kutu air, dan cacing.

Senyawa Bioaktif dalam Serai dan Cengkeh

  • Serai (Cymbopogon citratus):  Kandungan utama serai adalah senyawa terpenoid, terutama citral dan geraniol. Citral memiliki sifat insektisida yang kuat, mampu menghalangi sistem saraf parasit dan menyebabkan kematian. Geraniol, di sisi lain, dikenal sebagai agen anti inflamasi dan anti pruritus, membantu meredakan rasa gatal yang disebabkan oleh infestasi kudis.
  • Cengkeh (Syzygiumaromaticum):  Eugenol, senyawa utama dalam cengkeh, bertanggung jawab atas aroma khasnya dan aktivitas anti-parasitnya. Eugenol bekerja dengan memecah membran sel parasit, merusak struktur sel mereka, dan akhirnya menyebabkan kematian. Selain eugenol, cengkeh juga kaya akan asam kaempferol, flavonoid dengan potensi anti inflamasi dan antioksidan.

Mekanisme Kerja Ekstrak Serai dan Cengkeh dalam Mengatasi Scabies  Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak serai dan cengkeh memiliki mekanisme kerja multi-target dalam mengatasi infestasi scabies.

  1. Insektisida:  Senyawa seperti citral dan eugenol menghalangi sistem saraf parasit, mengganggu aktivitas mereka, dan menyebabkan kematian.
  2. Anti-inflamasi:  Geraniol dan asam kaempferol meredakan peradangan dan iritasi yang disebabkan oleh infestasi kudis, mengurangi rasa gatal dan bengkak.
  3. Anti-pruritic:  Ekstrak serai dan cengkeh dapat membantu mengurangi produksi histamin, mediator utama rasa gatal.
  4. Penghalang Perkembangan Tungau:  Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak serai dan cengkeh dapat menghambat perkembangbiakan tungau scabies, mengurangi populasi tungau dan mempercepat proses penyembuhan.

2. Metodologi Penelitian: Pengujian Efektivitas Ekstrak Serai dan Cengkeh Untuk Mengatasi Scabies

Mahasiswa Unibraw melakukan uji coba ektraksi serai dan cengkeh untuk meneliti efektivitasnya dalam mengatasi scabies. Berikut adalah beberapa metodologi penelitian yang digunakan:

Ekstraksi Senyawa Bioaktif

  1. Pengumpulan Sampel:  Serai (Cymbopogon citratus) dan cengkeh (Syzygiumaromaticum) dikumpulkan dari daerah penghasil yang terpercaya dan terjamin kualitasnya.
  2. Pembersihan dan Pengeringan:  Bahan baku serai dan cengkeh dibersihkan dari kotoran dan dikeringkan di bawah sinar matahari atau menggunakan alat pengering khusus untuk memastikan kualitas ekstrak.
  3. Ekstraksi:  Senyawa bioaktif diekstrak menggunakan metode pelarut, seperti metanol atau etanol. Metode ini dipilih karena kemampuannya dalam melarutkan berbagai jenis senyawa bioaktif.
  4. Pemurnian Ekstrak:  Ekstrak yang diperoleh kemudian dimurnikan melalui teknik filtrasi dan distilasi untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang tidak diinginkan dan meningkatkan konsentrasi senyawa terapeutik.

Pengujian Efektivitas In Vitro

  1. Pembentukan Kultur Tungau:  Tungau scabies dibudidayakan di laboratorium dengan kondisi yang simulasi lingkungan alami mereka.
  2. Pengujian Dosis:  Ekstrak serai dan cengkeh diuji dengan berbagai konsentrasi untuk menentukan dosis efektif dalam membunuh tungau scabies.
  3. Metode Pengamatan:  Efektivitas ekstrak diukur melalui observasi mortalitas tungau, perkembangbiakan tungau, dan perilaku tungau setelah paparan ekstrak.

Pengujian Efektivitas In Vivo

  1. Model Hewani:  Uji coba dilakukan pada model hewan yang rentan terhadap infestasi scabies, seperti tikus.
  2. Pemberian Ekstrak:  Model hewan dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan menerima ekstrak serai, cengkeh, atau kombinasi keduanya, sementara kelompok kontrol tidak menerima ekstrak apa pun.
  3. Pengamatan Klinis:  Efektivitas ekstrak dalam mengurangi gejala scabies pada hewan model yang diamati, termasuk jumlah tungau yang ditemukan di kulit, tingkat peradangan, dan intensitas rasa gatal.
  4. Analisis Histopatologi:  Setelah uji coba selesai, sampel kulit hewan model dianalisis secara histopatologi untuk menyebabkan kerusakan jaringan akibat infestasi kudis dan efektivitas ekstrak dalam melindunginya.

3. Hasil Penelitian: Menunjukkan Potensi Ekstrak Serai dan Cengkeh untuk Mengatasi Scabies

Penelitian mahasiswa Unibraw menghasilkan data yang menjanjikan mengenai potensi ekstrak serai dan cengkeh dalam mengatasi scabies.

  • In Vitro:  Ekstrak serai dan cengkeh menunjukkan aktivitas insektisida yang signifikan terhadap tungau scabies. Konsentrasi ekstrak yang lebih tinggi menyebabkan peningkatan mortalitas tungau.
  • In Vivo:  Penggunaan ekstrak serai dan cengkeh pada model hewan berhasil mengurangi populasi tungau pada kulit, mengurangi peradangan, dan mengurangi rasa gatal.
  • Efek Samping:  Ekstrak serai dan cengkeh menunjukkan tolerabilitas yang baik pada hewan model, dengan efek samping minimal yang terlihat.

4. Mekanisme Kerja Ekstrak Serai dan Cengkeh: Menargetkan Tungau dan Mengurangi Gejala Scabies

Penelitian mendalam selanjutnya dilakukan untuk mengungkap mekanisme kerja ekstrak serai dan cengkeh dalam mengatasi scabies. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki multi-target dalam menargetkan tungau dan meringankan gejala kudis:

  • Gangguan Sistem Saraf Tungau:  Senyawa seperti citral dan eugenol dalam ekstrak serai dan cengkeh dapat menghambat fungsi sistem saraf tungau, mengganggu aktivitas mereka, dan menyebabkan kematian.
  • Pembentukan Membran Sel Tungau:  Eugenol dalam ekstrak cengkeh dapat mengganggu pembentukan membran sel tungau, merusak integritas struktur sel mereka, dan menyebabkan kematian.
  • Penghambatan Perkembangan Tungau:  Ekstrak serai dan cengkeh menunjukkan potensi dalam menghambat perkembangbiakan tungau, mengurangi populasi tungau, dan mempercepat penyembuhan.
  • Reduksi Peradangan dan Rasa Gatal:  Geraniol dan asam kaempferol dalam ekstrak serai dan cengkeh memiliki sifat anti-inflamasi dan anti-pruritic. Mereka membantu mengurangi produksi histamin, mediator utama rasa gatal, dan meredakan peradangan pada kulit akibat infestasi kudis.

5. Keunggulan Ekstrak Serai dan Cengkeh sebagai Alternatif Pengobatan Scabies

Penelitian mahasiswa Unibraw menunjukkan beberapa keunggulan ekstrak serai dan cengkeh sebagai alternatif pengobatan scabies:

  • Bahan Alami dan Tersedia:  Serai dan cengkeh adalah tanaman yang mudah ditemukan dan relatif murah, menjadikannya pengobatan alternatif yang lebih terjangkau.
  • Minim Efek Samping:  Ekstrak serai dan cengkeh memiliki profil keamanan yang baik dan minimal efek samping dibandingkan dengan obat-obatan kimiawi.
  • Mekanisme Kerja Multi-Target:  Ekstrak serai dan cengkeh menargetkan kudis tungau dari berbagai sudut, sehingga mengurangi kemungkinan resistensi tungau.
  • Ketersediaan Potensi Baru:  Penelitian ini membuka jalan bagi pengembangan formula pengobatan scabies yang lebih efektif dan aman dengan memanfaatkan potensi serai dan cengkeh.

6. Perspektif ke Depan: Pengembangan Produk dan Penerapan Praktis

Hasil penelitian mahasiswa Unibraw memberikan perspektif yang menarik untuk pengembangan produk dan penerapan praktis ekstrak serai dan cengkeh dalam mengatasi scabies. Berikut beberapa langkah selanjutnya yang dapat dilakukan:

  • Pengembangan formula:  Riset lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan formula ekstrak serai dan cengkeh yang optimal dalam bentuk krim, salep, atau lotion yang mudah digunakan dan efektif.
  • Standarisasi ekstrak:  Standarisasi ekstrak serai dan cengkeh diperlukan untuk memastikan konsistensi kualitas dan efektivitas produk.
  • Uji klinis:  Uji klinis pada manusia mengkondisikan efikasi dan keamanan ekstrak serai dan cengkeh dalam mengatasi scabies.
  • Promosi dan edukasi:  Penting untuk mempromosikan dan mengedukasi masyarakat tentang potensi serai dan cengkeh sebagai alternatif pengobatan scabies yang aman dan efektif.

 

Baca juga Artikel ; Kemenperin Ungkap Solusi Penguatan Industri Bahan Baku Obat Domestik